Jumat, 29 Oktober 2010

Cinta dan Kehidupan

Pernahkah kita membayangkan sebuah negeri yang penuh cinta damai. Sebuah negeri yang tak ada permusuhan, tak ada kebencian, dan tak ada saling serang. Sebuah negeri dimana kedamaian dapat dengan mudah kita rasakan karena setiap keping bangunannya tercipta dari cinta. Negeri itu mempunyai tentara yang bernama hati dan seorang pimpinan yang bernama kedamaian. Tentara yang bernama hati itu selalu siaga siang malam untuk menjaga negeri dari serangan nafsu yang dapat setiap saat bertandang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Tak ada pasukan yang lebih hebat dari pada pasukan yang bernama hati. Setiap penghuni negeri hidup dalam cinta kasih, tak pernah ada rasa iri satu sama lainnya, tak ada rasa ingin menang yang satu dengan yang lainnya, dan tak pernah terdengar sepatah katapun yang menyakitkan. Semua hidup dalam keteraturan seperti alam semesta yang bertasbih kepada TuhanNya. Semua berjalan wajar dan apa adanya. Setiap penghuni negeri selalu bersyukur atas apa yang dimilikinya dan tak pernah mencerca penghuni lainnya. Kedamaian benar-benar terwujud begitu kita menginjakkan kaki di negeri tersebut. Kedamaian yang bisa membuat lubuk hati kita yang paling dalam tergetar dan merasakan sesuatu yang belum pernah kita rasakan sebelumnya. Sebuah rasa yang sanggup membawa kita dalam ketenangan yang luar biasa, sebuah kedamaian yang tak bisa dibayangkan. Melangkah lebih jauh kita serasa sedang berjalan di taman-taman surga yang penuh bertaburan keindahan dan kenikmatan tiada tara. Berjumpa dengan penghuni Negeri Cinta Damai bagaikan berjumpa dengan malaikat karena mereka telah mampu mengendalikan nafsunya dengan mengerahkan tentara hatinya. Berada di sana kita tak akan pernah merasakan bosan. Kita tak akan pernah berada di titik kejenuhan. Meski berjuta tahun sekalipun tak akan membuat kita ingin meninggalkan Negeri Cinta Damai.
Bayangkanlah negeri yang cinta damai itu bisa terealisasi dalam kehidupan sekarang ini. Aku memberi nama Komunitas Cinta Damai. Alangkah indahnya jika semua bisa terwujud. Mengapa Komunitas? Tak perlu muluk-muluk untuk membuat suatu negeri, cukup komunitas saja meski hanya beberapa orang namun paling tidak itu bisa terealisasi dari pada negeri yang hanya angan kosong belaka.
Ambillah contoh komunitas cinta damai ini bisa terefleksi dalam setiap aktivitas manusia. Dalam sebuah perusahaan misalnya. Setiap karyawan bekerja dengan hatinya, tak ada paksaan atau rasa segan terhadap atasannya. Mereka bekerja tanpa keluhan, tanpa ada beban, dan tak ada persaingan diantara mereka. Pimpinan perusahaan pun tak bertindak sebagai pemimpin otoriter yang selalu memerintah. Akan tetapi ia berbicara dengan hatinya sehingga setiap bawahan bisa merasakan kebijaksanaannya. Tak ada demo atau protes dari karyawan karena pemimpin perusahaan benar-benar memperhatikan aset berharganya (karyawan) sampai ke hal yang paling detail sehingga karyawan benar-benar merasakan apresiasi atas kinerja mereka. Dengan kesadarannya mereka benar-benar merasa ikut menjadi pemilik perusahaan tersebut dalam arti mereka akan berjuang sekuat tenaga untuk memperjuangkan perusahaan dari ancaman kerugian atau malah kebangkrutan. Kinerja perusahaan pun akan meningkat tajam. Lebih dari hanya sekedar memberikan kata-kata motivasi yang hanya akan bertahan satu atau beberapa hari saja, bahkan terkadang masuk telinga kanan langsung keluar ke kuping kiri.
Lantas sepeti apa jika komunitas cinta damai ini terealisasi dalam kehidupan cinta?
Andai saja komunitas cinta damai ini benar-benar terealisasi dalam kehidupan cinta tentu Reality Show yang lagi booming akhir-akhir ini seperti termehek-mehek, mata-mata, orang ketiga, dan lain sebagainya tidak akan pernah ada. Mengapa? Karena permasalahan yang menjadi biangnya tidak pernah ada seperti perselingkuhan, pengkhianatan, kecurigaan, kecemburuan, berebut pacar, dan lain sebagainya mungkin Anda yang lebih tahu.
Setiap hubungan terjalin atas dasar rasa percaya dan saling mengerti yang benar-benar tumbuh dari dasar hati bukan hanya kata-kata manis di bibir yang banyak kita jumpai pada hubungan-hubungan cinta di sekitar kita atau mungkin Anda sendiri malah? Kepercayaan yang benar-benar dijaga dan tak ada celah sedikitpun untuk bepaling ke orang lain. Bagi dia pasangannya adalah segalanya. Ia tak lagi membutuhkan orang lain untuk mencari apa yang ia inginkan karena semua sudah tampak dalam diri pasangannya.
Tidak akan pernah ada perselingkuhan, saling rebut pasangan orang lain. Semua benar-benar telah paham akan dirinya. Tidak ada perceraian, tidak ada rasa sakit karena ditinggal sang kekasih, tidak ada yang namanya luka hati, tidak ada anak-anak yang terlahir dari hubungan pra nikah, tidak ada kasus aborsi, tidak ada yang pergi ke dukun hanya untuk menarik lawan jenisnya, tidak ada kasus bunuh diri karena putus cinta, tidak ada anak-anak yang tidak memiliki bapak/ibu karena kasus perceraian, dan tidak ada masalah-masalah yang timbul dari hubungan cinta. Semua hidup dalam cinta damai. Kedamain bersama sang kekasih, bersama pasangannya tanpa takut atas pihak lain.
Bagaimana Komunitas Cinta Damai ini masuk dalam Kehidupan Politik????|
Silahkan Anda jawab sendiri

Selasa, 19 Oktober 2010

Delapan Agenda Besar Bangsa Indonesia

Tulisan ini tak dimaksudkan untuk mempertentangkan delapan agenda yang diketengahkan oleh Presiden ketika berpidato di hadapan sejumlah tokoh media saat berbuka puasa bersama. Tulisan ini justru ingin menggarisbawahi sekaligus melengkapi delapan agenda penting yang kita perlu kaji untuk memuluskan perjalanan bangsa ini ke hari yang lebih baik. Secara ringkas, saya tuliskan delapan agenda penting yang menurut saya mutlak kita sepakati.

    Pertama, kita perlu merawat pluralitas kita sebagai bangsa. Kekayaan kita justru pada pluralitas etnis, suku, bangsa, budaya, agama, bahasa, dan latar belakang sosial-budaya dan perspektif politik. Inilah pilar penting kebersamaan kita sebagai bangsa yang juga terpatri dalam dokumen-dokumen pergerakan dan kemerdekaan. Sekarang pluralitas ini tengah mengalami ancaman yang merusak semen perekat kebersamaan kita, menimbulkan keterasingan dan ketakberdayaan, menggoyahkan rasa kebangsaan. Mayoritas menindas minoritas. Apa yang terjadi pada Ahmadiyah dan Huria Kristen Batak Protestan belakangan ini adalah contoh paling segar yang menggerus pluralitas itu. Negeri ini tengah menyaksikan semangat Bhineka Tunggal Ika yang memudar. Negeri ini tengah menyaksikan negara tak berbuat maksimal dalam memelihara pluralitas ini.

    Kedua, berkaitan dengan hal di atas, soal Papua adalah soal yang sepertinya diabaikan. Papua adalah bom waktu yang bisa meledak setiap saat. Pemerintah menganggap persoalan Papua sudah selesai ketika otonomi khusus diberikan, ketika dana otonomi khusus yang triliunan rupiah digelontorkan. Tapi orang Papua merasa tak menikmati semua itu. Orang Papua merasa menjadi minoritas dalam pemerintahan dan merasa dilanggar hak asasi mereka. Apalagi dengan politik pemekaran yang terus berlangsung tanpa melibatkan Majelis Rakyat Papua (MRP). Laporan International Crisis Group berjudul "Indonesia: The Deepening Impasse in Papua" mencerminkan betapa seriusnya persoalan Papua yang merasa tak setara dengan saudara-saudaranya di daerah lainnya. Saya tak mengatakan ada "segregasi", tetapi perasaan yang tumbuh adalah terjadinya "segregasi".

   Ketiga, melanjutkan pemberantasan korupsi. Saya tak membantah bahwa pemberantasan korupsi masih jadi agenda penting pemerintah, tetapi saya tak ingin mengingkari bahwa ada pelemahan pemberantasan korupsi dalam dua tahun terakhir ini. Pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan kriminalisasi Bibit-Chandra adalah stigma yang menghantam laju pemberantasan korupsi. Dipaksakannya pendirian Pengadilan Tindak Pidana Korupsi di semua ibu kota provinsi dengan komposisi jumlah hakim ad hoc lebih sedikit ketimbang hakim karier jelas menimbulkan keraguan akan ketegasan putusan hakim. Selain itu, bergantungnya KPK pada penyidik kepolisian dan penuntut dari kejaksaan menimbulkan pula "loyalitas ganda" yang membuat KPK tak bisa 100 persen efektif. Alhasil, KPK memang seperti berjalan tertatih-tatih, terutama karena minimnya dukungan politik nyata di lapangan.

   Keempat, membersihkan lembaga-lembaga penegak hukum dari mafia hukum. Mafia di sini bisa jadi hakim, jaksa, polisi, dan advokat. Merekalah yang menjadi sarang laba-laba yang menjerat pencari keadilan, memerasnya untuk membeli keadilan. Supremasi hukum yang menjadi dasar berdirinya negara hukum diinjak-injak, dan lembaga penegak hukum berubah menjadi "black market of justice". Ke depan. lembaga penegak hukum kita mesti dibersihkan dari cengkeraman mafia ini, dan ini seharusnya juga menjangkau lembaga peradilan semu, seperti pengadilan pajak, badan arbitrase, KPPU, dan sebagainya. Pulau-pulau korupsi itu ternyata telah menyebar dengan sangat pesat ke banyak tempat.

   Kelima, meningkatkan kualitas governance atau tata kelola pemerintahan yang baik. Semua krisis yang melanda selama ini adalah karena krisis dari governance. Di sinilah reformasi birokrasi itu menjadi mahapenting karena birokrasi kita sekarang memang menjadi sumber dari masalah. Birokrasi kita adalah "problem", bukan "solution". Ciri penting dari good governance adalah dijalankannya transparansi, rule of law, dan akuntabilitas. Sejauh ini kita merasa bahwa walau keadaan sudah jauh berubah jika dibanding zaman Orde Baru dulu, perubahan governance masih sangat lamban. Dan kelambanan reformasi birokrasi ini justru menjadi bottleneck yang sekaligus sumber korupsi yang berkepanjangan, baik korupsi karena kebutuhan (needs) maupun karna keserakahan (greed).

   Keenam, sejalan dengan agenda kelima, kita juga harus menata kembali desentralisasi yang kita terapkan sekarang ini. Kita tak boleh mundur dari desentralisasi karena tak mungkin kita kembali ke sentralisasi. Tetapi desentralisasi yang tak ditunjang oleh kesiapan birokrasi, hukum, sumber daya manusia, dan checks and balances niscaya akan menjadi pulau-pulau korupsi baru.

   Birokrasi daerah menjelma menjadi kerajaan kecil dengan ambisi kekuasaan yang besar. Tangan Jakarta tak bisa menjangkau, dan dalam banyak hal desentralisasi ini telah pula menjadi semacam trade barrier bagi investasi. Sayang bahwa desentralisasi tak melahirkan kompetisi untuk menjadi model pemerintahan daerah yang sukses.

   Ketujuh, melindungi tenaga kerja Indonesia. TKI, yang selalu disebut sebagai pahlawan devisa, adalah warga negara Indonesia yang malang karena tak mendapat perlindungan hukum yang memadai. Para TKI dijadikan sapi perahan dan obyek baik oleh penyalur TKI maupun negara penerima kerja TKI. Tidak seperti pemerintah Filipina yang memberikan perlindungan penuh kepada tenaga kerja mereka, para TKI kita harus berjuang sendirian. Kita hanya mau uang para TKI, tetapi tak secara optimal memberikan perlindungan terhadap mereka. Penderitaan TKI adalah luka yang menusuk ulu hati kita, dan kita ikut terhina. Harga diri kita dilecehkan oleh para majikan dan negara penerima TKI. Sayangnya, pemerintah tak terlalu serius mengurusi nasib TKI yang malang ini.

   Kedelapan, dan ini yang terakhir, adalah kemacetan lalu lintas jalan di Jakarta. Saya kira sudah ratusan triliun rupiah kita dirugikan oleh kemacetan Jakarta, yang katanya akan macet total pada 2012. Mantan Presiden Polandia Lech Walesa mengatakan kepada saya bahwa persoalan Indonesia akan selesai kalau soal kemacetan Jakarta bisa diselesaikan. Walesa tidak sedang bergurau. Dia mengatakan soal kemacetan ini adalah soal ekonomi, energi, governance, politik, dan sebagainya. Kemacetan ini menunjukkan bahwa pemerintah sesungguhnya tidak memerintah. Sayangnya, wacana yang berkembang justru ingin memindahkan ibu kota dari Jakarta, dan membiarkan Jakarta terus-menerus macet. Bayangkan, betapa besarnya kerugian yang bakal kita derita. Jangan-jangan kita akan jatuh pailit karena kerugian yang kita derita di Jakarta nanti.

   Delapan agenda ini tentu bisa ditambah lagi. Isu hak asasi manusia, illegal logging, dan terorisme juga harus dibahas. Tetapi saya ingin berfokus pada delapan agenda ini, dan saya percaya bahwa banyak persoalan bangsa ini akan selesai jika kita mampu menyelesaikan delapan agenda ini. Hasil yang akan kita peroleh adalah dividend, dan dividend inilah yang akan membuat Indonesia menjadi lebih baik.

Minggu, 17 Oktober 2010

Untukmu yang entah dimana

Aku hanya ingin berterimakasih
karena luka yang saat itu kau goreskan
karena rasa perih yang saat itu kau tinggalkan
karena air mata yang saat itu kutumpahkan
sehingga kini ku bisa mensyukuri dan lebih menghargai apa yang kupunya

untuk kau yang kuharapkan slalu bahagia
jangan lagi kau tempatkan aku disudut hatimu
jangan lagi kau merasa bersalah karena menyakitiku
jangan lagi kaubuat dia menangis karena masih kau simpan sebentuk kenangan tentangku
sebab akupun tlah membuang jauh semua memory tentangmu

untukmu yang sudah mengajariku apa itu ikhlas
aku tlah memaafkanmu jauh sebelum kau minta maaf padaku
tak ada lagi benci dihatiku sebagaimana cinta yang juga tlah pergi
sebab kutau kau memang bukan takdirku
sebab ada yang lebih berhak untuk kucintai

terimakasih, meskipun tanpa kau sadari
kamu t'lah menuntunku menuju cinta yang lebih sempurna
cinta Allah yang slalu menenangkan tanpa ada rasa takut kehilangan
cinta Allah yang tak kan pernah menyebabkan luka
cinta Allah yang berakar pada cinta2 yang lain yang lebih bermakna

terimakasih....
karenamu kini aku berubah
darimu bisa kubelajar  lebih tabah
melaluimu kudapatkan hidayah yang begitu indah
Allah memang lebih tahu mana yang terbaik untuk hamba-hamba

Selasa, 05 Oktober 2010

Izinkan aku menangis

bukan karena sedihku,bukan pula karena masalahku yang merupakan ujian dariMU.
tapi karena sesalku yang kadang melalaikanMU
untuk setiap kata yg kuucapkan bersama kemarahan
untuk setiap kalimat yang keluar bersanding dengan kebohongan
sehingga membuat orang yang pernah mendengarnya sedih dan terluka
ijinkan aku menangis ya Allah
untuk setiap ibadah yang kulakukan bukan dengan keikhlasan tapi karena mengharap pujian
untuk setiap keluhan lelahku berdoa padaMU padahal Engkau tak pernah lelah mendengar doa hamba2MU
untuk setiap langkahku yang mungkin menuju kemaksiatan
untuk setiap kesombonganku
karena merasa sebagai orang beriman padahal Engkau tak pernah mengujiku sebagaimana Engkau uji orang2 beriman dijaman rosulMU
untuk setiap keputusasaan yang pernah kurasakan sehingga tidak peduli dengan keberadaanMU
untuk setiap perasaan cintaku pada nikmat dunia yang mungkin justru melebihi cintaku padaMU padahal semua itu datang dariMU
ijinkan aku menangis dalam sujudku bersama keinginanku untuk bertobat
atas dosa2ku
dan bimbinglah aku agar senantiasa melangkah dijalan lurusMU
agar senantiasa jatuh cinta padaMU dan slalu ingin bermesraan denganMU

Cinta dalam hati

Mencintai seseorang memang harus diunggkapkan. 
Karena kalau tidak maka cinta akan terpendam hanya dalam hati saja. 
Tetapi kalau yang kita cintai adalah sahabat baik kita sendiri, Gimana dong? 
apalagi jika kita mempunyai prinsip tak khan pernah mencintai sahabat sendiri
karena persahaban lebih penting dari segalanya. Dilema banget yach. 
Makanya lagu dari Ungu ini cocok baget bagi orang yang hanya bisa mencintai dalam hati saja.
Mungkin ini memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa dicintai
Tak mengapa bagiku asal kaupun bahagia
Dalam hidupmu dalam hidupmu
Telah lama kupendam perasaan itu
Menunggu hatimu menyambut diriku
Tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah
Bahagia untukku bahagia untukku
Kuingin kau tahu diriku disini menanti dirimu
Meski ku tunggu hingga ujung waktuku
Dan berharap rasa ini kan ada untuk selamanya
Dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja

Cinta bukan untuk dipilih atau memilih

Janganlah terlalu Baik, karena Aku akan merindukan Mu
Janganlah terlalu Perhatian, karena Aku menjadi menyukai Mu
Janganlah Terlalu manis, karena Aku jadi jatuh cinta pada Mu
Sulit bagiku untuk tidak mencintai Mu
Tatkala apa yang telah kita lakukan bersama

Seseorang yang dapat membuatmu mencintai-nya

Sebenarnya adalah orang yang sangat mencintai Mu
Lebih dari pada kamu mencintai Dia

Jika Seseorang datang dalam kehidupan Mu

Tetapi untuk beberapa alasan Dia tidak dapat tinggal,
Janganlah bersedih hati.......
Tetapi bergembiralah karena itulah jalan hidup Mu
Mungkin suatu saat nanti Dia akan membuat Mu bahagia

Jangan memalingkan Cinta
Tatkala Cinta itu sudah ada dihadapan Mu
Janganlah mengelak Cinta
Karena bila Kamu melakukannya,
Suatu saat kamu akan memikirkannya lagi
Mengapa kamu biarkan Cinta itu berlalu
Ketika Cinta itu dulu pernah ada di sebelah Mu

Penyesalan terbesar dalam Kehidupan Kita
Adalah konsekuensi yang tidak kita ambil
Jika kamu berpikir sesuatu hal yang dapat
membuat Mu bahagia, Lakukanlah
Ingat bahwa kita hidup di dunia ini hanya sekali

Ada banyak bintang di langit

Tetapi hanya ada beberapa bintang yang kelihatan berseri-seri sinarnya untuk mendapatkan perhatian Mu
Diantara Bintang - bintang itu yang kamu lewati
Hanya satu bintang
Yang memancarkan sinarnya yang terang secara terus menerus untuk Kamu
Sekalipun hanya pandangan sekilas dari Mu
Akan selalu teringat sinarnya

Sungguh lucu bagaimana kita selalu memilih-milih

Untuk orang yang kita anggap tepat untuk dapat kita cintai
Meskipun tak sesuai dengan kemauan kita
Kita tahu bahwa Orang yang benar - benar kita cintai akan selalu menjadi pengecualian

Cinta dapat membuat Kamu bahagia

Sekalipun kita pernah melukai hati kita
Tapi cinta itu adalah sesuatu yang sangat spesial
Jika kamu memberi cinta untuk Dia,
Maka cinta akan menjadi sesuatu yang berharga

Cinta itu seperti memainkan Piano

Pertama, Kamu bermain dalam aturan - aturannya
Kemudian, kamu pasti melupakan aturan tersebut
Dan akan memainkan dengan perasaan

Cinta itu harus dimiliki dengan keteguhan hati

Untuk bercinta bahkan sampai kamu kehilangannya sampai akhir
Dari pada tidak pernah mendapatkan cinta
Karena kamu terlalu takut untuk menerima tantangan

Ruang-ruang diantara jari-jari kita

Dibuat untuk tempat jari-jari pasangan kita
Untuk mengisi ke dalam Jari - jari

Kumpulan arti cinta

Cinta adalah sebuah perasaan yang diberikan oleh Tuhan pada sepasang manusia untuk saling…. (saling mencintai, saling memiliki, saling memenuhi, saling pengertian dll). Cinta itu sendiri sama sekali tidak dapat dipaksakan, cinta hanya dapat brjalan apabila ke-2 belah phiak melakukan “saling” tersebut… cinta tidak dapat berjalan apabila mereka mementingkan diri sendiri. Karena dalam berhubungan, pasangan kita pasti menginginkan suatu perhatian lebih dan itu hanya bisa di dapat dari pengertian pasangannya.
Cinta adalah memberikan kasih sayang bukannya rantai. Cinta juga tidak bisa dipaksakan dan datangnya pun kadang secara tidak di sengaja. CInta indah namun kepedihan yang ditinggalkannya kadang berlangsung lebih lama dari cinta itu sendiri. Batas cinta dan benci juga amat tipis tapi dengan cinta dunia yang kita jalani serasa lebih ringan.
Cinta itu perasaan seseorang terhadap lawan jenisnya karena ketertarikan terhadap sesuatu yang dimiliki oleh lawan jenisnya (misalnya sifat, wajah dan lain lain). Namun diperlukan pengertian dan saling memahami untuk dapat melanjutkan hubungan, haruslah saling menutupi kekurangan dan mau menerima pasangannya apa adanya, tanpa pemaksaan oleh salah satu pihak. Berbagi suka bersama dan berbagi kesedihan bersama.
Cinta itu adalah sesuatu yang murni, putih, tulus dan suci yang timbul tanpa adanya paksaan atau adanya sesuatu yang dibuat-buat, Menurut saya pribadi cinta itu dapat membuat orang itu dapat termotivasi untuk melakukan perubahan yang lebihb aik daripada sebelum ia mengenal cinta itu. Cinta itu sesuatu yang suci dan janganlah kita menodai cinta yang suci itu dengan ke-egoisan kita yang hanya menginginkan enaknya buat kita dan ndak enaknya buat kamu. TIPS; untuk mengawetkan cinta dibutuhkan PENGERTIAN!
Suatu perasaan terdalam manusia yangmembuatnya rela berkorban apa saja demi kebahagiaan orang yang dicintainya. Pengorbanannya itu tulus, tidak mengharap balasan. Kalau misalnya memberi banyak hadiah ke seseorang tapi dengan syarat orang itu harus membalasnya dengan mau jadi kekasihnya, itu bukan cinta namanya. CInta tidak bisa diukur dengan materi ataupun yang berasal dari dunia fana. Dan percayalah… cinta terbesar biasanya selalu datang dari ibu kandung, bukan dari pacar (sebab cinta pacar bisa luntur suatu saat atau setelah menikah kelak).
Cinta, membuat bahagia, duka ataupun buta. Cinta itu penuh pengorbanan, kepahitan, keindahan dan kehangatan. Cinta adalah sebuah keinginan untuk memberi tanpa harus meminta apa-apa, namun cinta akan menjadi lebih indah jika keduanya saling memberi dan menerima, sehingga kehangatan, keselarasan dan kebersamaan menjalani hidup dapat tercapai. CInta adalah kata yang memiliki banyak makna, bergantung bagaimana kita menempatkannya dalam kehidupan. Ai wa atatakai koto da.
Cinta itu bisa membuat orang buta akan segalanya hanya demi rasa sayang terhadap sang kekasih. Kita juga tau apa maknanya cinta itu. Cinta psti bisa membuat orang merasakan suka dan duka pada waktu yang sama ketika kita berusaha mendapat kebahagiaan bersama. Jadi bukanlah kebahagiaan untuk kita sendiri. Meskipun demikian kita jangan samapi salah langkah agar tidak menuju kesengsaraan. Lakukanlah demi orang yang kamu kasihi agar kau tidak merasa sia-sia tanpa guna. Karena hal itulah yang membuat hidup menjadi lebih hidup (Losta Masta).
Cinta adalah perasaan hangat yang mampu membuat kita menyadari betapa berharganya kita, dan adanya seseorang yang begitu berharga untuk kita lindungi. CInta tidaklah sebatas kata-kata saja, karena cinta jauh lebih berharga daripada harta karun termahal di dunia pun. Saat seseorang memegang tanganmu dan bilang ” Aku cinta kamu…” pasti menjadi perasaan hangat yang istimewa! Karena itu, saat kamu sudah menemukan seseorang yang begitu berharga buat kamu, jangan pernah lepaskan dia! Namun adakalanya cinta begitu menyakitkan, dan satu-satunya jalan untuk menunjukkan cintamu hanyalah merlekan dia pergi.
Cinta itu adalah sebuah perasaan yang tidak ada seorangpun bisa mengetahui kapan datangnya, bahkan sang pemilik perasaan sekalipun. Jika kita sudah mengenal cinta, kita akan menjadi orang yang paling berbahagia di dunia ini. Akan tetapi, bila cinta kita tak terbalas, kita akan merasa bahwa kita adalah orang paling malang dan kita akan kehilangan gairah hidup. Dengan cinta, kita bisa belajar untuk menghargai sesama, serta berusaha untuk melindungi orang yang kita cintai, apaun yang akan terjadi pada kita. Ai ga kirei’n da!
Cinta merupakan anugerah yang tak ternilai harganya dan itu di berikan kepada makhluk yang paling sempurna, manusia. Cinta tidak dapat diucapkan dengan kata-kata, tidak dapat dideskripsikan dengan bahasa apaun. Cinta hanya bisa dibaca dengan bahasa cinta dan juga dengan perasaan. Cinta adalah perasaanyang universal, tak mengenalgender, usia, suku ataupun ras. Tak perduli cinta dengan sesama mansuia, dengan tumbuhan, binatang, roh halus,ataupun dengan Sang Pencipta. Lagipula, cintaitu buta. Buta sama degnan meraba-raba. Jadi… cinta itu meraba-raba…(^o^)/… meraba-raba isi hati yang dicinta…

Indah bersamamu

Hanya dekat Allahku, rasa tenang hatiku
Kau sertai jalanku, s'panjang hidupku
Hanya dekat Allahku, ada kekuatan baru
Kaulah perlindunganku, ke'slamatanku

Kuingin s'lalu bersekutu denganMu
Menikmati hadiratMu
Biarkan RohMu,tinggal dalam hidupku
Sungguh indah bersamaMu

Selamanya

Senin, 04 Oktober 2010

Sebuah harapan

Lelah sudah aku kini
menapaki jalan-jalan terjal dalam keterasingan jiwa
hingga menepi di ujung senja
sebab sepi telah membunuh sisa waktu yang berdetak
seperti sebuah malam
bersama rembulan bertarung dengan sisa ingatan silam yang tak kunjung usai

Tuhan....
berilah aku pengganti
pada apa yang telah kau tetapkan sebagai jalan hidup ku kini   yang mengerti tentang makna setia
faham tentang sujud pada Mu
agar bisa ku basuh luka ku ini dengan warna-warna pelangi
dan ujarkan pada nya tentang wangi taman hati
yang tak lagi terjamah oleh kepak indah sayap kupu-kupusentuhkan jemari Mu pada genangan cahaya hatiny agar angan masa depan menjadi nyata

dan jika sepertiga malam telah datang mengetuk pintu tidur ku yang lelap
dua sajadah akan terbentang
melengkapi sujud ku pada sepertiga malam Mu
hingga fajar menyambut pagi
Semoga ya Allah.... Amin..

Desa Simbur naik

                                              Sejarah Desa Simbur Naik

Sejarah berdirinya Desa Simbur Naik tidak dapat dilepaskan dari peran petani yang merupakan cikal bakal berdirinya desa tersebut.
“Desa Simbur Naik didirikan pada tahun 1957, oleh seorang petani bernama H. Kanna yang berasal dari Pulau Kijang, Idragiri Ilir, Riau yang mengadakan kunjungan ke daerah Tanjung Jabung untuk mencari tanah persawahan dan perkebunan. Setelah sampai pada suatu sungai yang bermuara pada selat berhala, beliau menyusuri sungai tersebut. Melihat keadaan subur yang baik untuk persawahan maka beliau mendirikan pondok dan kemudian membuka hutan tersebut. Karena hutanya dialiri air pasang surut yang terkadang tawar dan terkadang asin maka keaadan tanahnya sangat subur untuk persawahan dan perkebunan. Nama Simbur Naik terinspirasi oleh kejadian apabila terjadi air pasang, maka sungai tersebut bersimburlah ikan-ikan, oleh karena itu Desa tersebut diberi Nama Simbur Naik.”
   
Desa Simbur Naik berada di bawah pemerintahan kepenghuluan Kampung Laut Marga Sabak. Kemudian pada tahun tahun 1967 keberadaan Desa Simbur Naik adalah kemangkuan di bawah kawasan Marga Sabak dipimpin oleh seorang Mangku hingga tahun 1970. pada tanggal 28 Desember 1972. Simbur  Naik resmi berstatus desa yang diperintah oleh seorang penghulu yang bernama H. Kanna”
Dengan kesadaran masyarakat Simbur Naik akan pentingnya pembangunan, warga bekerja sama dengan perangkat Desa meleksanakan kegiatan pembangunan. Sehingga Desa Simbur Naik mengalami kemajuan yang cukup segnifikan. Dahulunya jalan di Desa Simbur Naik belum dapat dilalui kendaraan bermotor roda dua. Tetapi sekarang dengan dibukanya jalan yang menghubungkan antara desa-desa tetanggga dan antara parit, maka sudah dapat dilalui kendaraan bermotor.  Begitu pula proyek INPRES lainya yang merupakan bantuan pemerintah tidak disia-siakan oleh masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup dan peningkatan bidang lainya.
Berkat usaha bersama serta semangat untuk membangun yang tinggi dari masyarakat desa, maka pada tahun 1975 Desa Simbur Naik memperoleh anugerah sebagai Desa Teladan Tingkat Propinsi, selain prestasi tersebut dari tahun 1972 sampai tahun 1976 Desa Simbur Naik telah memperoleh piagam penghargaan antara lain
 a.Piagam penghargaan Mendagri tanggal 17 Agustus 1973
 b.SK Gubernur  KDH Tingkat 1 Jambi, nomor 03 Tahun 1973. pada tanggal 16 Juni 1973
Desa Simbur Naik adalah salah satu desa yang yang berada dalam wilayah Kecamatan Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan tingkat perkembangan sebagai Desa Swasembada. Luas Desa Simbur Naik + 50 km2 atau 5000 Ha. Terdiri dari 11 Dusun, 26 Batang Parit yang menjadi tanggung jawab Kepala Desa dibantu Kepala Dusun (Kadus) dan Kepala Rukun Tetangga.
Geografis Desa Simbur Naik terpencar oleh beberapa parit yang merupakan daratan rendah yang terdiri dari tanah liat dan gambut merupakan daerah yang cocok untuk wilayah pertanian pasang surut. Adapun letak Desa Simbur Naik berada dengan jarak orbitas ke Ibu Kota Kecamatan Sabak Timur sejauh 20 km.
Desa Simbur Naik Kecamatan Sabak Timur ditinjau dari segi batas wilayah.sebagai berikut:
a.Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kuala Simbur.
 kuala simbur merupakan pemekaran dari desa simbur naik itu sendiri...yang ber mata pencarian sebagai nelayan.. di karnakan dekat dengan laut
b.Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sungai Raya.






c.Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lambur Luar.


d.Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lambur III.
dan ini adalah jalan akses menuju desa simbur naik. ditempuih kira-kira 10 menit untuk sampai ke sembur naik.


 
 

Sahabat atau Ttm

Persahabatan dapat dijalin oleh semua orang, tidak hanya sesama lawan jenis tetapi ada juga yang bersahabatan walaupun mereka berlawanan jenis. Tetapi terkadang orang selalu mempunyai pandangan atau tafsiran yang berbeda terhadap persahabatan dua orang yang berlawanan jenis, ada yang bilang itu bukan pasangan sahabat tetapi TTM (Teman Tapi Mesra). Kita sebagai manuisa memang tak lepas dari berbagai gunjingan ataupun pujian. Biasanya jika kita atau sahabat lawan jenis kita memiliki kekasih, orang-orang menilai kita cewek atau cowok ga bener, mereka mengira bahwa kita itu bukanlah pasangan sahabat tetapi pasangan TTM.
Walaupun tidak bisa dipungkiri terkadang dalam hubungan sahabat yang dijalin oleh lawan jenis bisa terjadi chemistry-chemistry lain yang lebih dari sahabat dan berujung kepada perasaan ingin memiliki atau lebih tepatnya menjadi sebuah ketertarikan atau tumbuhnya perasaan lebih dari sekedar sahabat. Itu hal yang sangat wajar apalagi jika pasangan sahabat tersebut belum memiliki kekasih. Banyak pasangan suami istri yang berawal dari persahabatan.
Nah, untuk mereka yang memiliki kekasih lebih baik dihindarkan memberikan perhatian lebih kepada sahabat kita yang lawan jenis karena bisa jadi kekasih kita akan menganggap bahwa kita memiliki hubungan yang lebih dari sekedar sahabat dengan sahabat lawan jenis kita itu. Kita harus pintar dalam menyikapi semuanya agar sahabat kita yang lawan jenis itu bisa dekat dengan kekasih kita dan tiak terjadi salah paham. Lebih baik lagi jika sahabat lawan jenis kita bisa menjadi sahabat kekasih kita.

Gelisah dalam kehidupan

 Sahabat, seringkah anda dihampiri pertanyaan-pertanyaan seperti ‘untuk apa semua ini? Apakah makna hidup saya? Kenapa hidup saya terasa datar saja, berputar-putar dari hari ke hari? Hanya pergantian episode senang dan sedih? Mengapa saya seperti dikuasai oleh kehidupan saya?’ pun mulai muncul di hati anda.
Sebenarnya, Allah setiap saat ‘memanggil-manggil’ kita untuk kembali kepada-Nya. Dengan cara apa saja. Dia, dengan kasih sayang-Nya, terkadang membuat suasana kehidupan seorang anak manusia sedemikian rupa sehingga kalbunya dibuat-Nya ‘menoleh’ kepada Allah. Hanya saja, teramat sedikit orang yang mendengarkan, atau berusaha mendengarkan, panggilan-Nya ini.
Allah terkadang membuat kita terus menerus gelisah, atau terus menerus mempertanyakan ‘Siapa diri saya ini sebenarnya? Apa tujuan saya? Apa makna kehidupan saya?,’ dan sebagainya. Bukankah kegalauan semacam ini adalah sebuah seruan, panggilan supaya kita mencari kesejatian? Mencari kebenaran? Mencari ‘Al-Haqq’? Allah, percayalah, akan selalu menurunkan pancingan-pancingan pada manusia untuk mencari-Nya.

Dalam hal ini, Allah amatlah pengasih. Apakah seseorang percaya kepada-Nya atau tidak, beragama atau tidak, Dia tidak pandang bulu. Apakah seseorang membaca kitab-Nya atau tidak, percaya pada para utusan-Nya ataupun tidak, semua orang pernah dipanggil-Nya dengan cara seperti ini. Setiap orang pasti dipanggil-Nya seperti ini untuk mencari kesejatian, untuk mencari hakikat kehidupan.
Bentuk ‘pancingan’ semacam ini pula yang dialami oleh para pencari, maupun para Nabi. Nabi Ibrahim yang gelisah dan mencari tempat mengabdi (ilah), yang diabadikan dalam QS 6:74-79. Juga kita lihat Nabi Musa, misalnya. Setelah hanyut di sungai nil, dia dibesarkan oleh salah seorang maha raja yang terbesar sepanjang sejarah, Sethi I. Hidup dalam kemewahan, kecukupan, hanya bersenang-senang. Tapi dia selalu ‘galau’ ketika melihat di sekelilingnya, bangsa Bani Israil, yang ketika itu menjadi warga mesir kelas rendahan, sebagai budak. Dia yang hidup dengan ayah tirinya Sethi I, tentunya setiap hari melihat sisi kemanusiaan ayahnya, normal saja. Dia mungkin hanya sedikit heran mengapa masyarakat mesir mau menyembah ayah tirinya itu.
Hanya saja, kadang kemewahan, kenyamanan, mengubur harta kita yang sangat berharga itu: potensi kita untuk mencari siapakah diri kita sebenarnya. Kita disibukkan oleh pekerjaan, dibuai oleh kesibukan, mengejar kesuksesan kerja, atau ditipu oleh dalih mengejar karir atau sekolah, atau nyaman bersama keluarga. Sangat sering, ketika hal ini terjadi, pertanyaan-pertanyaan esensial seperti itu, yaitu potensi pencarian kebenaran yang kita bawa sejak lahir, yang ketika kanak-kanak sangat nyata, terkubur dan terlupakan begitu saja seiring waktu kita menjadi semakin dewasa. Padahal, itu adalah ‘potensi mencari Allah’ yang Dia bekali untuk kita ketika lahir. Bukan berarti kita harus meninggalkan semua itu, bukan sama sekali. Tapi, jangan biarkan semua itu menenggelamkan potensi pencarian kebenaran yang telah Allah turunkan pada kita semenjak lahir.
Ketika kita tenggelam dalam dunia seperti itu, kita bahkan tidak menyadari bahwa kehidupan kita berputar-putar saja dari hari ke hari. Sekolah, mengejar karir, pergi pagi pulang sore, terima gaji, menikah, membesarkan anak, menyekolahkan anak, pensiun, dan seterusnya setiap hari, selama bertahun-tahun. Apakah hanya itu? Bukankah kita tanpa sadar telah terjebak kepada pusaran kehidupan yang terus berputar-putar saja, tanpa makna? Celakanya, kita mencetak anak-anak kita untuk mengikuti pola yang sama dengan kita. Pada saatnya nanti, mungkin hidup mereka pun akan mengulangi putaran-putaran tanpa makna yang pernah kita tempuh.
Sangat jarang orang yang potensi pencariannya akan Allah belum terkubur. Dalam hal ini, jika kita masih saja gelisah mencari makna kehidupan, maka kegelisahan kita merupakan hal yang perlu disyukuri.
Berapa orang, sahabat, yang masih mau mendengarkan kegelisahannya sendiri? Padahal kegelisahannya itu merupakan rembesan dari jiwa yang menjerit tidak ingin terkubur dalam kehidupan dunia. Dia ‘menjerit’ ingin mencari Al-Haqq, dan ‘rembesannya’ kadang naik ke permukaan dalam bentuk kegelisahan.
Sayang, sebagian orang segera membantai kegelisahannya, potensi pencarian kebenarannya ini, justru pada saat ketika ia timbul; karena secara psikologis hal ini memang terasa tidak nyaman. Maka untuk melupakannya, ia semakin menenggelamkan diri lebih dalam lagi dalam pekerjaannya, kesibukannya, bersenang-senang, atau berdalih menutupi kegelisahannya dengan berusaha lebih lagi mencintai istri dan anak, atau keluarga, menenggelamkan diri dalam keasyikan hobi… dan sebagainya.
Atau, membantainya dengan kesenangan spiritual sesaat, seperti datang ke pengajian bukan dengan niat mencari-Nya tapi hanya untuk melenyapkan kegelisahannya, seperti obat sakit kepala saja: ketika sakit kepala, cari obat. Kegelisahan hilang, dia pun pergi lagi..
Atau juga dengan mengindoktrinasi dirinya: “Manusia diciptakan untuk beribadah!! Segala jawaban telah ada di Qur’an!!” Oke, tapi ibadah yang seperti apa? Bisakah kita benar-benar beribadah, tanpa mengetahui maknanya? Atau lebih jauh lagi, mampukah ia menjangkau makna Qur’an?
Beranikah kita jujur pada diri kita sendiri: Jika qur’an benar, mengapa kegelisahannya tidak hilang? Mengapa qur’an seperti kitab suci yang tidak teratur susunannya? Mengapa ayatnya kadang melompat-lompat, dari satu topik ke yang lainnya secara mendadak? Jika kita beriman, apakah iman itu? Apakah takwa itu? Apakah Lauhul Mahfudz? Apakah Ad-diin? Apakah Shiratal Mustaqim? Jalan yang lurus yang bagaimana? Mengapa qur’an terasa abstrak dan tak terjangkau makna sebenarnya? Ini sebenarnya pertanyaan-pertanyaan jujur, dan sama sekali bukan menghakimi qur’an.
Kadang orang terus saja mengindoktrinasi dirinya sendiri, padahal qur’an sendiri menyatakan bahwa tidak ada yang mampu menjangkaunya selain orang-orang yang disucikan/ Al-mutahharuun, (QS 56:77-79).
[Q.S. 56] “Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia (77). Pada kitab yang terpelihara (78). Dan tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan/ Al-muthahharuun (79).”
Apakah dia berani yakin bahwa dia adalah seorang yang telah disucikan, sehingga makna qur’an telah terbentang begitu jelas dihadapannya? Jika demikian, apa implikasi pernyataan : “Semua jawaban telah ada di Qur’an” baginya? Apakah ia akan terus saja membohongi diri dengan membaca terjemahan qur’an dan memaksakan diri meyakini bahwa ia telah mendapatkan maknanya?
Jeritan jiwanya tersebut ia timbun dengan segala cara. Ia tidak ingin mendengarkannya. Hal ini, sudah barang tentu akan membuat seseorang semakin terperangkap saja dalam rutinitasnya, dan semakin terkuburlah potensi pencariannya akan kebenaran. Padahal seharusnya ‘jeritan jiwa’ tersebut didengarkan. Jika anak kita menangis karena lapar, apakah kita akan pergi bersenang-senang untuk melupakannya, dan berharap anak kita akan berhenti menangis dengan sendirinya? Bukankah seharusnya kita mencari tahu, kenapa anak kita menangis?
Kembali kepada kisah Musa as. Demikian pula Musa, ia pun, sebagaimana kita semua, sejak kecil dibekali pertanyaan-pertanyaan dari dalam dirinya. Dibekali kegelisahan pencarian kebenaran. Bibit-bibitnya ada. Allah, untuk menumbuhkan bibit-bibit pencariannya itu supaya tidak terkubur dalam kemewahan kehidupan istana, menyiramnya dengan kebingungan yang lebih besar lagi.
Ia dipaksaNya menelan kenyataan bahwa ayahnya pernah membantai jutaan bayi lelaki Bani Israil. Ia dipaksaNya menelan kenyataan bahwa ayahnya menganggap Bani Israil adalah warga kelas dua yang rendah, bodoh, dan memang patut diperbudak. Puncaknya, ia dipaksaNya menelan kenyataan bahwa dirinya sendiri ternyata merupakan seorang anak Bani Israil, keturunan warga budak kelas dua, yang dipungut dari sungai Nil. Pada saat ini, pada diri seorang Pangeran Musa lenyaplah sudah harga dirinya. Hancur semua masa lalunya. Dia seorang tanpa sejarah diri sekarang. Ditambah lagi ia telah membunuh seorang lelaki, maka larilah ia terlunta-lunta, menggelandang di padang pasir, mempertanyakan siapa dirinya sebenarnya.
Justru, pada saat inilah ia berangkat dengan pertanyaan terpenting bagi seorang pejalan suluk, yang telah tumbuh disiram subur oleh Allah dengan air kegalauan: “Siapa diriku sebenarnya?”.
Pertanyaan ini telah tumbuh kokoh dalam diri Musa as., dan sebagaimana kita semua mengetahui kisah lanjutannya, di ujung padang pasir Madyan ada seorang pembimbing untuk menempuh jalan menuju Allah ta’ala, yaitu Nabi Syu’aib as, yang lalu menyuruh anaknya untuk menjemput Musa dan membawa Musa kepadanya.
Di bawah bimbingannya, Musa dididik menempuh jalan taubat, supaya “arafa nafsahu”, untuk “arif akan nafs (jiwa)-nya sendiri”. Dan dengan bimbingan Syu’aib akhirnya ia mengerti dengan sebenar-benarnya (ia telah ‘arif), bahwa dirinya diciptakan Allah sebagai seorang Rasul bagi bangsa Bani Israil, bukan sebagai seorang pangeran Mesir. Ia menemukan kembali misi hidupnya, tugas kelahirannya yang untuk apa Allah telah menciptakannya. Ia telah menemukan untuk apa dia diciptakan, yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
“Setiap orang dimudahkan untuk mengerjakan apa yang telah Dia ciptakan untuk itu.” (Shahih Bukhari no. 2026)
Maka dari itu, sahabat-sahabat, jika ada diantara anda yang mungkin ingin sekali bertemu seorang guru sejati, atau seorang mursyid yang Haqq untuk minta bimbingannya, maka terlebih dahulu anda harus benar-benar mencari Allah, mencari kebenaran, mencari Al-Haqq. Pertanyaan “Siapakan aku? Untuk apa aku diciptakan?” harus benar-benar telah tumbuh dalam diri kita (dan itu pun bukan menjadi jaminan bahwa perjalanannya akan berhasil). Anda memang telah benar-benar butuh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Jika tidak demikian, atau jika belum merasa benar-benar membutuhkan, percayalah, tidak akan ada seorang mursyid sejati yang akan mengutus anak-anaknya untuk menjemput anda.
“Man ‘arafa nafsahu, faqad ‘arafa rabbahu”, bukan semata-mata artinya “siapa yang mengenal dirinya, maka mengenal Tuhannya.” Kata ” ‘Arafa”, juga “Ma’rifat,” berasal dari kata ‘arif, yang bermakna ’sepenuhnya memahami’, ‘mengetahui kebenarannya dengan sebenar-benarnya’; dan bukan sekedar mengetahui. dan nafsahu berasal dari kata ‘nafs’, salah satu dari tiga unsur yang membentuk manusia (Jasad, nafs, dan ruh).
Jadi, kurang lebih maknanya adalah “barangsiapa yang ‘arif (sebenar-benarnya telah mengetahui) akan nafs-nya, maka akan ‘arif pula akan Rabbnya”. Jalan untuk mengenal kebenaran hakiki, mengenal Allah, hanyalah dengan mengenal nafs terlebih dahulu.
Setelah arif akan nafs kita sendiri, lalu ‘arif akan Rabb kita, maka setelah itu kita baru bisa memulai melangkah di atas ‘Ad-diin’.
‘Arif akan Rabb, atau dalam bahasa Arab disebut ‘Ma’rifatullah’ (meng- ‘arifi Allah dengan sebenar-benarnya), sebenarnya barulah –awal– perjalanan, bukan tujuan akhir perjalanan sebagaimana dipahami kebanyakan orang. Salah seorang sahabat Rasul selalu mengatakan kalimatnya yang terkenal: “Awaluddiina ma’rifatullah”, Awalnya diin adalah ma’rifat (meng-’arif-i) Allah. 


Masa lalu

  1. Masa itu.....
    datang tampa diundang
    namun, susah ntuk dilupakan
    bencinya aku mengingat dirimu
    tapi engkau tempat aku bercermin

    kala itu,,,,,,,,

    aku masih bingung bahkan bimbang
    apakah engkau akan kembali?
    tidak,,itu tidak mungkin terjadi
    tapi engkau yang membuatku ceria
    tertawa, menangis...sedalam- dalamnya

    Izinkan aku ntuk mengenangmu

    rinduku padamu tak tertahankan
    masa kecilku, masa yang lugu
    masa kini bermula darimu

    Masa lalu,,,,,,,

    ya,,itulah masa yang baik ntuk kuhayati
    karena dialah aku bisa berubah
    dari dirimu aku bisa baertanya
    siapkah daku pada masa itu?
     
  2. Masa lalu, kulahir tanpa baju
    1.  malahan tangisanku yang membuat bising
      siapakah aku????
      aku adalah masa laluku.....

    Sabtu, 02 Oktober 2010

    Pulau berhala

    Pulau Berhala yang penuh misteri itu punya beragam julukan: Pulau Dakjal (dari orang Arab), Pulau Afgod (dari orang Belanda), Pulau Bertayil (dari orang Jerman), Pulau Verrella (dari orang Portugis) atau Pullo Berella menurut Tome Pires yang berarti Pulau Berhala dalam bahasa Melayu/Indonesia, dan sebagian pelaut atau nelayan menamakannya Pulau Hantu.

    Pulau Berhala adalah sebuah pulau kecil mungil, fenomena alamnya sungguh indah mempesona di sebelah utara sebuah Selat juga bernama Berhala. Di sekitarnya terdapat beberapa pulau kecil yaitu; Pulau Manjen, Pulau Telor, Pulau Layak, Pulau Selumar, Pulau Nyirih dan Pulau Niur, di kelilingi oleh air laut kebiru-biruan dan jernih, pantainya landai, sebagian merupakan hamparan pasir kuarsa putih dan sebagian lagi berbatu.

    Pulau kecil ini di kelilingi oleh laut dalam, namun sumur yang digali hanya dengan jarak 10-15 meter dari bibir pantainya memunculkan air tawar bening dan tidak berbau. Pulau ini sangat cocok dijadikan sebagai obyek wisata bahari.

    Pulau Berhala kini sebagai Desa Persiapan dari Kecamataan Singkep, Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Posisinya disebelah Selatan Pulau Singkep, terletak pada titik koordinat 104024"20' BT & 0051"00' LS, dengan luas wilayah + 10 Km2 berpenduduk + 51 KK (termasuk Transmigrasi Lokal 2006). Jarak antara Desa Persiapan Pulau Berhala ke Ibukota Kecamatan Singkep (Dabo) + 25 mil atau 2 jam pelayaran menggunakan Kapal Motor Pompong (kapal kecil/nelayan) atau kurang lebih 35 menit dengan Speed Boat 200 PK.

    Dari segi sumber daya alam Pulau Berhala tidaklah begitu potensial, yang menonjol adalah perikanan dari laut yang mengelilinginya. Hanya sebagian lahannya ditumbuhi pohon Kelapa, sebahagian dari kebun kelapa ini adalah milik hak usaha dari warga Jambi keturunan Datuk Paduko Berhalo sendiri, namun legalitas usaha/ kemilikannya atas tanah kebun seluas + 18 Hektar diatas Pulau Berhala itu dalam bentuk Gezien (baca:Grant Tanah) yang diberikan/ dikeluarkan di Daik hampir seabad silam ( 1914 ) oleh De Controleur van Lingga, Afdeeling Lingga masa itu (sekarang; Kabupaten Lingga).

    Dari hasil penelitian Pemerintah Hindia Belanda, pulau-pulau yang disebut Berhala dan Daik itu merupakan wewenang dari Sultan Lingga. Untuk itu diperlukan adanya kontrak tambahan yang menjelaskan bahwa pulau-pulau tersebut adalah milik Sultan Lingga. Dan pada tahun 1858 gugusan pulau-pulau kecil ini kemudian disebut sebagai Singkep Laut serta dicantumkan sebagai wilayah Kesultanan Lingga dalam perjanjian tambahan tahun 1858.

    Setelah jelas diketahui pulau tersebut, Mr. Versteegh utusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia (baca Jakarta) kemudian berunding dengan Sultan Lingga yang baru Muhamad Yusuf. Untuk keselamatan dan keamanan pelayaran di Selat Berhala, ia meminta sebuah tempat digugusan Pulau Berhala bagi pembangunan menara api (baca: Mercusuar). Permohonan Versteegh ini pun dikabulkan bersamaan dengan pengukuhannya sebagai Sultan Lingga oleh Residen Netscher di Lingga pada tanggal 24 Nopember 1858.

    Kini, Pulau Berhala berada dalam posisi kesimpangsiuran yang meng-akibatkan kekisruhan antara Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dengan Pemerintah Provinsi Jambi. Untuk menghindari perpecahan masyarakat serumpun di kedua Provinsi yang bertikai itu, mendesak untuk segera diselesaikan secara adil dan tegas oleh pemerintah pusat (Depdagri dan Komisi II DPR RI) berdasarkan pembuktian dari berbagai aspek yang melatar belakanginya. Guna mengakhiri sengketa berkepanjangan yang dapat merugikan kedua belah pihak pemerintahan dan masyarakat Kepulauan Riau dan Jambi, kajian analisis secara menyeluruh dari berbagai aspek amat di perlukan oleh pemerintah pusat sebagai masukan yang dapat dipertanggung jawabkan akan kebenarannya baik dari kedua pemerintahan provinsi terkait maupiun dari kalangan masyarakat.

    Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Tim Lembaga Swadaya Masyarakat Maritim Bahari Indonesia (LSM-BI) Untuk Pulau Berhala ikut mengambil bagian, peran aktif untuk mengumpulkan dan menganalisa data pendukung yang ada, baik diperoleh dari masyarakat yang bersentuhan langsung dengan Pulau Berhala maupun berasal dari kedua pihak Pemerintahan Provinsi yang bersangkutan. Hasil kajian-analisis diuraikan dalam bentuk Buku Ikhtisar Data dan Analisis tentang Status Keberadaan Pulau Berhala dan telah disampaikan kepada Pemerintah Pusat (Depdagri dan Komisi II DPR RI) sebagai bahan masukan dengan tembusan kepada pihak-pihak terkait, sesuai surat Pengurus Pusat LSM-BI Nomor : LSM-BI/ A/ PP/ 35/VI/06, tertanggal 03 Juni 2006.

    Sebenarnya, kedamaian di Pulau Berhala itu baru terusik sejak tahun 1984 lalu, manakala Pemerintah Provinsi Jambi mengakui Pulau Barhala menjadi bagian wilayah administrasinya. Klaim sepihak dari Pemerintah Provinsi Jambi ini berawal diketahui dari hasil kunjungan kerja Camat Singkep waktu itu ke Pulau Berhala sebagai bagian dari Kelurahan Dabo, yang melihat adanya terbentang spanduk berbunyi: "Selamat Datang Bapak Bupati Kepala Daerah Tingakt II Tanjung Jabung ke Pulau Berhala".

    Dari temuan klaim itulah yang merubah kedamaian menjadi pertikaian antara kedua pemerintahan; Riau dan Jambi. Pada hal sudah berabad-abad lamanya masyarakat Riau-Lingga secara turun-temurun, de facto dan de jure meyakini bahwa Pulau Berhala adalah milik dan bagian dari wilayah Kerajaan Melayu Riau-Lingga (sekarang Kabupaten Lingga). Suhu pertikaian ini dirasakan oleh masyarakat Provinsi Kepualuan Riau, khususnya masyarakat Lingga, semakin berkembang mengarah pada suatu kemelut yang akan mengancam keutuhan hubungan masyarakat serumpun di kedua Provinsi tersebut. Hal ini sebenarnya dapat dicegah, seandainya sejak dini sumber penyebab masalahnya ditangani secara serius, tulus dan ikhlas oleh pihak yang berwenang menanganinya ditingkat pusat dengan cara-cara yang benar pula. Sayangnya, sedemikian ruwet permasalahannya nyaris sudah menelan waktu seperempat abad lamanya dalam penantian, namun harapan penyelesaian itu tak kunjung tiba. Oleh karenanya, sebagai second opinion dan atas dasar eksistensi dan peran kemitraan dengan pemerintah sekaligus kontrol sosial.

    Sebenarnya, kasus Pulau Berhala yang menghangat di bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah dan di bumi Berpancang Amanah Bersauh Marwah muncul sejak tahun 1984 dan semakin diperparah dengan disahkannya Undang-undang No. 54 tahun 1999 sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat 4 yang menyatakan, bahwa "Kabupaten Tanjung Jabung Timur mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Laut Cina Selatan dan sebelah timur dengan Laut Cina Selatan". Hal ini telah menimbulkan kerancuan sekaligus keresahan dan memperpanjang kekisruhan diantara Riau (Kepri) dengan Jambi karena pasal ini dapat memberi makna jauh lebih luas; bukan saja gugusan Pulau Berhala dekat dengan Selat Berhala, akan tetapi Kabupaten Lingga dan Kabupaten Natuna bahkan semua pulau-pulau yang berada dalam radius Laut Cina Selatan, secara otomatis bisa menjadi bagian wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Dan adalah suatu kemuskilan hal ini dapat diterima bagi masyarakat yang berpikiran waras khususnya di Kepulauan Riau, jadi kalau boleh dimaknai Pasal 9 ayat 4 tersebut diatas dapat dianggap sebagai Pasal Sumber Malapetaka. Kemudian diundangkannya UU No.25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau dan tidak dimasukkannya Pulau Berhala, berarti Pulau Berhala berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang melandasinya tetap menjadi bagian Provinsi induk yaitu Riau, bukan serta merta harus dimasukkan ke Provinsi Jambi.

    Dengan diundangkannya UU No.31 tahun 2003, pada tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Lingga, dengan batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf (c) berbunyi; "Kabupaten Lingga mempunyai batas wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Laut Bangka dan Selat Berhala". Undang-undang ini semakin memperjelas Status Keberadaan Pulau Berhala termasuk pulau-pulau disekitarnya yang secara geografis berada di sebelah utara (bukan di selatan) Selat Berhala, sehingga secara de jure dan de facto tetap menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan wilayah hukum dan administrasi pemerintahan Kecamatan Singkep, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Dan dengan kehadiran UU No.31 tahun 2003 ini sekaligus telah merontokkan UU No. 54 tahun 1999, khususnya mengenai batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 4 tersebut diatas, gugur atau batal demi hukum. Dengan demikian Pulau Berhala yang dipermasalahkan oleh Provinsi Jambi secara eksplisit dapat dianggap sudah berakhir.

    Diundangkannya ketiga Undang-undang tersebut di atas (UU No. 54 tahun 1999, UU No.25 Tahun 2002 & UU No.31 tahun 2003) "Tidaklah patut mengeluarkan atau memasukkan suatu bagian wilayah tertentu, dari / ke wilayah lainnya." Artinya; Pulau Berhala berikut pulau-pulau kecil disekitanya yang sudah ratusan tahun menjadi bagian Riau (sejak masa Kerajaan/Afdeeling Lingga hingga era reformasi/Kabupaten Lingga) tidaklah patut memasukkannya ke Kabupaten/ Provinsi lain (baca: Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi).

    Tolok ukur dalam sistim perundang-undangan di Indonesia, biasanya UU yang datang terakhir dianggap lebih menentukan dari pada UU sebelumnya, selama UU terdahulu itu tidak lebih tinggi kedudukannya dibanding UU yang datang kemudian. Dan biasanya, menurut ketentuan khusus yang datang kemudian dianggap lebih kuat dari pada ketentuan yang bersifat umum sebelumnya. Hal ini, sesuai dengan azas hukum "Lex specialis derogat generalis". Dengan demikian azas hukum ini telah mempertegas kedudukan UU No.31 tahun 2003, bahwa UU yang bersifat khusus datang kemudian dapat dianggap lebih kuat dan menentukan dari pada UU sebelumnya yang bersifat umum dalam hal ini UU No. 25 tahun 2002, termasuk UU No.54 tahun 1999 khusus mengenai batas wilayah dalam Pasal 9 ayat 4. Dan UU No.31 tahun 2003 dapat dianggap sebagai ketentuan khusus yang melanjutkan regulasi UU No. 25 tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau yang bersifat umum di Kepulauan Riau dalam hal penjelasan tentang pambagian batas wilayah.

    Mengenai penduduk asli pertama yang ada di Pulau Berhala, sesungguhnya berasal dari Dabo Singkep, Pulau Lalang dan Tanjung Batu (Kepulauan Riau) pada awalnya datang ke Pulau itu sebagai nelayan yang lama kelamaan menetap sebagai penduduk pulau Berhala. Landasan pengelolaan pemerintahan Provinsi Riau/Kepulauan Riau keatas Pulau Berhala sebagai pemilik sah, cukup kuat bila ditinjau dari berbagai aspek keakuratan Fakta Sejarah, Hukum, Sosial Budaya, Demografi, Antropologi, Topografi, Geografis, Kepedulian & Fakta Pelayanan Adminstrasi Pemerintahan terhadap Pulau Berhala. Hal ini telah berlangsung sejak masa Kerajaan Riau Lingga dan/atau Afdeeling Lingga hingga era Reformasi sekarang ini.

    Kesaksian-kesaksian beberapa orang asing, pemuka masyarakat Pulau Berhala dan pemuka masyarakat Nipahpanjang, Kab.Tanjung Jabung Timur (Jambi) menjelaskan dan menyatakan, sebagai berikut:
    1. Tome Pires seorang musafir Portugis ketika mengikuti pelayaran armada Francisco Rodrigues tahun 1513 mereka melewati pulau Singkep dari Malaka menuju Pulau Jawa (Sunda Kelapa), mengunjungi Pulau Berhala dan telah menyaksikan Pulau ini memiliki hubungan dengan Singkep, dengan menemukan banyak orang-orang (nelayan) dari Singkep datang mengambil air dan tinggal disana (Armando Cortesao, The Suma Oriental of Tome Pires: An Account of the East from the Red Sea to Japan, Western in Malacca and India in 1512-1515 (London, The Hakluyt Society,1944), halaman 154). Ketika pelayaran armada ini kembali ke Malaka dari Jawa 3 (tiga) tahun kemudian, tokoh Portugis lainnya Rodrigues menyampaikan, bahwa Pulau Berhala yang sebelumnya kosong menjadi ramai disinggahi kapal-kapal untuk mengambil air bersih dan pulau ini banyak dihuni oleh para Nelayan-2 Singkep. (Cortesao,Ibid, halaman 157, Rodrigues bahkan membuat sebuah peta sederhana tentang daerah sebelah utara Bangka dan sebelah timur Indragiri, Lihat Armando Cortesao, Cartografioe cartografos Portuguesses dos seculos XV e XVI, Jilid II (Lisbon, Edicao da "kara Nova", 1935), peta XXIV).
    2. Ismail, 80 tahun, menyatakan bahwa "dia telah menempati Pulau Berhala sejak saat penjajahan Jepang (Tahun 1940-an) sampai saat ini masih berdomisili di Pulau Berhala dan menurutnya segala urusan Administrasi Pemerintahan dulunya diurus di Kantor Camat Singkep Kabupaten Kepulauan Riau dan sekarang oleh Pemda Kabupaten Lingga".
    3. Hasan, 66 tahun, manyatakan bahwa "dia menempati Pulau Berhala pada Tahun 1960-an dengan alasan untuk mencari nafkah sebagai nelayan menetap di Pulau Berhala, dan dikatakan pula bahwa selama ini segala sesuatu urusan Pemerintahan diselesaikan di Desa Dabo, Kec. Singkep".
    4. Ahmad Hasan, 54 tahun, menyatakan bahwa " mereka datang ke Pulau Berhala sejak tahun 1972, dan pada saat itu Penduduk Pulau Berhala keseluruhannya adalah orang asli Melayu Riau Kepulauan, mereka barasal dari Dabo Singkep, Pulau Lalang dan Tanjung Batu, dan tidak terdapat warga pendatang dari daerah lain".
    5. Raja Rusly Ali, 48 tahun, Penduduk Kecamatan Nipahpanjang, Kabupaten Tanjabtim (kini beliau tinggal di Jambi), menyatakan bahwa "Kami keturunan Datuk Paduko Berhalo, dan Datok kami Raja Taruna dan Raja Woek bin Raja Mahmud mengetahui Pulau Berhala itu adalah bagian Lingga (Kab.Lingga), sehingga legalitas hak milik/usaha beliau atas semua tanah/kebun kelapa di Pulau Berhala, diuruskan Grant tanahnya melalui aparat di Daik, Afdeeling Lingga, (Terbit tanggal 12 Oktober 1914), sekarang tanah kebun itu menjadi hak warisan kami (Raja Rusly Ali)".

    Begitupun usaha perikanan kami (Hatchery) di Pulau Berhala Tahun 1999, kami yakini bahwa Pulau Berhala adalah bagian wilayah pemerintahan Riau bukan bagian Jambi, maka perizinan usaha kami urus dari Camat Singkep, Sertifikat SITU dari Bupati Kepala Dati II Kepulauan Riau dan SIUP dari Kepala Dinas Perikanan A/n.Gubernur Kepala Dati I Riau.

    Semua kesaksian tersebut diatas adalah autentikasi data baik yang bersumber dari arsip resmi maupun diperoleh langsung dari masyarakat yang mengakui bahwa Pulau Berhala adalah bagian/milik Lingga, Riau (Provinsi Kepulauan Riau)
    Berdasarkan Topografi/peta-peta yang di buat sejak masa Hindia Belanda hingga masa kemerdekaan (tahun 1590-1986) telah menegaskan bahwa Pulau Berhala termasuk ke dalam wilayah Residentie Riouw Afdeelling Tanjoeng Pinang (Kabupaten Kepri, Provinsi Riau) yang terdiri dari :
    1. Floating peta (Baringan) yang menunjukkan bahwa perairan disekitar Singkep merupakan prioritas jalur pelayaran bagi armada asing, Floating Peta tersebut dibuat oleh Francisco Rodrigues tentang daerah prelayaran disebelah timur Sumatera dan sebelah utara Bangka yang ditemukan oleh seorang Portugis bernama Armando Cortesao pada tahun 1590;
    2. Peta Riouw oleh Marvil van Carnbee tahun 1860;
    3. Peta Reseidentie Riouw En Onderhoarigheden dengan Skala 1: 750.000 Blad 1, Bewerkt Doorhet Sneyclo Pacdisch Bureu Tahun 1922;
    4. Overzichtskaart Van Sumatra Blad 17 Reproductiebedrigf Topografisake Drienst Batavia 1932, Schaal 1 : 250.000;
    5. Overzichtskaart Van Sumatra Blad VI Reproductiebedrigf Topografisake Driensts Batavia 1934, Schaal 1 : 750.000;
    6. Peta Pulau Singkep ( menurut UU No.12 Tahun 1956 ).
    7. Peta wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Riau yang diterbitkan oleh Direktorat Tata Guna Tanah Departemen Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Agraria Produksi tahun 1986 dengan Skala 1: 625.000; dan
    8. Peta Provinsi Daerah Tk. I Riau dengan Skala 1 : 500,000, dibuat dan dicetak oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional bekerja sama dengan Bappeda Provinsi Daerah Tk I. Provinsi Riau tahun 1990.
    Keseluruhan peta tersebut di atas secara tegas dan jelas telah meletakkan Pulau Berhala menjadi bagian wilayah Hukum dan Administratif Provinsi Riau.

    Kepedulian Pemerintah Kabupaten Kepulauan Riau, Provinsi Riau/Kepulauan Riau dalam bidang pembangunan di pulau Berhala:

    1. Satu buah Masjid Baitul Rahim yang di bangun dari dana swadaya masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Keplauan Riau; 2. Satu Unit Gedung SD Permanen 6 (enam ) lokal yang di bangun dengan dana dari bantuan Pemerintah Provinsi Riau dan Pemda Kabupaten Kepulauan Riau, dalam kondisi terpelihara baik; 3. Kantor Kepala Desa Persiapan dan Rumah Jabatan Kepala Desa Persiapan Berhala; 4. Perumahan Guru sebanyak 3 (tiga) unit dengan jumlah guru 3 (tiga) orang; 5. Satu buah Dermaga Kayu sepanjang 60 meter dan Dermaga Cor Semen sepanjang 50 meter; 6. Satu Unit Puskesmas Pembantu Permanen dengan tenaga medis 1 Orang Perawat; 7. Jalan semenisasi sepanjang 1 km dan pembangkit listrik berupa Genset Diesel beukuran 10 KVA; 8. Terdapat 16 (enan belas) unit rumah Penduduk; 9. Mercusuar sebagai Sarana Bantu Navigasi untuk keselamatan pelayaran di gugusan Pulau Berhala tetap dibawah pengawasan dan pemeliharaan Distrik Navigasi Kelas I Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau sejak awal dibangun hingga sekarang; dan 10. Berbagai bantuan sarana dan fasilitas kebutuhan penduduk setempat yang menyangkut sarana komunikasi, Keamanan dan Sumber Penghidupan lainnya.

    Pelayanan dan pembinaan administrasi pemerintahan terhadap masyarakat yang berkegiatan dan bertempat tinggal di Pulau Berhala, dapat dibuktikan dengan surat-surat yang telah dikeluarkan antara lain:

    1. Gezien/Grant Tanah No.308, untuk tanah kebun seluas 20.700 m2 yang berada di dalam Poelau Berhala, Afdeeling Lingga, atas nama; Radja Troena bin R. Mahmoed, warga Afdeeling Djambi, diterbitkan di Daik pada tanggal 12 Oktober 1914 oleh De Controler van Lingga, begitupun Gezien No.289 atas nama; R. Woek bin R. Mahmoed, serta beberapa lembar Gezien/Grant tanah lainnya di Pulau Brerhala, sekarang telah menjadi hak warisan/kuasa; Raja Rusly Ali. 2. Kutipan surat Keputusan Kepala Agraria Daerah Kepulauan Riau Nomor: 250/IU/1965, Tanggal 13 April 1965 tentang Pemberian hak pakai sebidang tanah seluas 6,83 Ha untuk kebun kelapa yang terletak di Pulau Berhala kepada Saudara Bahauddin Hasibuan. 3. Surat Nikah antara Radjab dengan Zaharah dan Kelisa dengan Hasanah (Penduduk Pulau Berhala) yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Pernikahan Kecamatan Singkep pada Tgl. 25 April 1968 & 30 Januari 1976. 4. Surat Izin Usaha Perikanan (Hatchery) di Pulau Berhala a/n. Koperasi Windu Tani Lestari Nipah Panjang, sesuai Surat Rekomendasi Camat Singkep Nomor: 272/523/99, tanggal 14 Juli 1999, Sertifikat SITU oleh Bupati Kepala Dati II Kepri Nomor: 246/SI/EKON/1999, tanggal 04 Oktober 1999 dan SIUP oleh Ka. Dinas Perikanan Prov.Riau a/n. Gubernur Kepala Dati I Riau Nomor 59/15a/DABO/99, tanggal 27 September 1999 dengan Pimpinan Perusahaan atas nama Sdr. R.Rusly Ali.

    Semua fakta pelayanan dan pembinaan administrasi pemerintahan tersebut diatas, telah berjalan secara efektif dan terus menerus dalam waktu yang cukup lama, tidak pernah ada kendala yang berarti ataupun tantangan dari daerah lain. Begitupun pelaksanaan Pemilihan Umum warga Pulau Berhala sejak tahun 1955 sampai tahun 2004 lalu berjalan aman, tertib dan lancar dibawah pembinaan/ pengawasan PPS / PPK Singkep (terdaftar pada TPS 48 RW.20 Pulau Lalang, Kelurahan Dabo, Kecamatan Singkep, Kabupaten Lingga).

    Dari pihak Jambi sendiri tidak ditemukan adanya landasan argumentasi yang kuat dalam mengklaim Pulau Berhala sebagai miliknya, begitu juga tentang pembuktian pelayanan administrasi pemerintahannya keatas pulau itu, tidak jelas. Kalaupun ada hanya rekayasa sistematis belaka termasuk penempatan warga untuk menganeksasi pulau tersebut. Data argumentasi yang ditemukan dari Pemprov. Jambi tidak lebih dari suatu Hikayat dan Legenda atau apa yang disebut Dongeng. Memang tidak dapat dinafikan, bahwa sebagai alasan sejarah yang kuat, sumber arsip merupakan prioritas utama yang harus digunakan oleh sejarawan, bukan sumber materi lain, apalagi dongeng dan legenda. Mengumpulkan informasi untuk membuat suatu kesimpulan, legenda dan dongeng tidak dapat digunakan untuk membuat suatu keputusan. Dongeng dan Legenda atau cerita rakyat, lebih banyak digunakan sebagai pelipur lara saja. Hikayat tidak menyebutkan angka tahun serta tempat secara pasti dan nyata, sehingga tidak tepat dalam penempatan peristiwa. Karena uraian yang terdapat dalam hikayat lebih banyak memuat legenda atau cerita-cerita rakyat yang berasal dari tradisi lisan yang berkembang dan bersambung dari mulut ke mulut secara turun temurun. Hal ini adalah pembuktian yang tidak memiliki kebenaran, karena tingkat subjektivitas pencerita dan penulis yang cukup besar serta sarat dengan imajinasi sehingga mengaburkan suatu peristiwa dan tidak memiliki kebenaran secara ilmiah.

    Sebagai landasan argumentasi pihak Jambi untuk menganeksasi Pulau Berhala kebanyakan hasil rekayasa yang menyatakan bahwa di Pulau Berhala di jumpai lokasi situs sejarah yang sangat penting bagi sejarah Islam di Jambi yakni makam Datuk Paduko Berhalo, diperkirakan beliau hidup akhir abad 11 sampai pertengahan abad 12 M yang dianggap sesaman dengan Tuan Telanai (1080-1168M). Pada hal Makam Datuk Paduko Berhalo yang dianggap sebagai situs sejarah sejak abad 12 di Pulau Berhala, merupakan hikayat atau legenda yang juga mengalami kejanggalan dan bisa menyesatkan, karena keberadaan makam (sebagai kuburan) Datuk Paduko Berhalo di pulau tersebut, baru pada akhir 1978 di heboh-hebohkan oleh Pemerintah dan Pemuka Masyarakat Jambi. Sedangkan makam itu sendiri di adakan sekitar tahun 1970, yang di tunjuk oleh seorang yang memang keturunan Datuk Paduko Berhalo (sebut: Raja Wahid Alm.) saat itu ia dalam keadaan tidak normal atau kesurupan. Ia kemasukan Roh-Gaib yang mengaku Datuk Paduko Berhalo dan mengatakan "makamnya ada di Pulau Berhala" serta memberi arahan untuk diberikan tanda berupa batu nisan dan meminta diikatkan kain putih pada batu nisan yang telah dipasang, juga meminta dipasangkan kelambu putih. Setelah itu, Roh-Gaib tersebut meminta pula ditahlilkan dan dirawat kuburannya oleh pihak keluarga.
    Pertanyaannya sekarang; apakah dapat di akui kebenaran hasil pengakuan dari orang yang dalam keadaan tidak normal ( kesurupan )? Bahkan dari penjelasan itu, tidak pernah dinyatakan bahwa Pulau Berhala di bawah kekuasaan Datuk Paduko Berhalo.

    Kemudian alasan argumentasi hukum bagi pihak Jambi adanya dalam buku J.Tideman tahun 1938, menjelaskan Pulau Berhala dan secara detail terekam di halaman 4 tertulis bahwa "Onderafdeeling Djambi terletak antara 0"47'-1"55' LS dan 102"40'-104"33' BT". Dan pihak Jambi menterjemahkan juga bahwa "Onderafdeeling ini terletak antara Berbak dan Pulau Berhala di dalamnya". Terjemahan ini pun terkesan ada rekaan/manipulasi kata-kata dalam kalimat yang dapat mengaburkan makna harfiahnya. Sedangkan dalam bahasa aslinya (Belanda), berbunyi; Onderafdeeling Djambi. Deze onderafdeeling is gelegen tusschen ongeveer 0o47' en 1o55' Z.Br. en 102o40' en 104o33' O.L. van Greenwich. Mede tot de onderafdeeling behooren de Berbak en de Berhala-eilanden (zie boven). De grenzen worden gevormd: ten Noorden door de afdeeling Indragiri (zie boven), ten Westen door de onderafdeelingen Moearatebo en Moearatembesi; ten Zuiden door de afdeeling Palembangsche Benedenlanden, ten Oosten door de zee ( Strat Berhala ).

    (yang artinya kurang lebih; Dibawah bagian Jambi. Pembagian ini terletak antara 0o47'-1o55' LS dan 102o40'-104o33' BT GMT, dibawah bagian antara Berbak dan pulau-pulau Berhala (lihat diatas). Batas-batas itu terbentuk : sebelah Utara Indragiri (lihat diatas), sebelah Barat termasuk Muaratebo dan Muaratembesi, sebelah Selatan termasuk bagian Palembang. Dibawah sebelah Timur oleh laut (Selat Berhala). Terjemahan sebenarnya dari "ten Oosten door de zee ( Strat Berhala ) selaras sebagaimana yang dimaksud Pasal 5 ayat (1) huruf (c) UU No.31 Tahun 2003 yang berbunyi; "Kabupaten Lingga mempunyai batas wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Laut Bangka dan Selat Berhala".

    Penanganan kasus Pulau Berhala oleh pemerintah pusat perlu dicermati secara saksama karena kehadiran Komisi II DPR RI (sebagai wakil rakyat Indonesia) ke pulau Berhala tanggal 25 Juli 2006 ternyata tidak menunjukkan netralitasnya dalam pemberitaan di media terkesan sudah berat sebelah. Apa artinya kunjungan itu kalau Komisi II langsung mengisyaratkan Pulau Berhala masuk dalam bagian Provinsi Jambi (Pos Metro Jbi, 270706), ini tidak fair. Sementara keberpihakan kami dari LSM-BI tidak serta merta langsung berpihak ke Provinsi Kepri, jauh hari sebelumnya telah diadakan pengumpulan data pendukung dan observasi lapangan. Dari hasil kajian-analisis yang telah dilakukan pada semua dokumen yang ada, menunjukkan cukup alasan dari data faktual/arsip resmi yang merupakan dasar ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang melandasi Status Keberadaan Pulau Berhala sebagai milik pengelolaan pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Hal inipun telah disampaikan ke Komisi II DPR RI dan Depdagri dalam bentuk Ikhtisar Data dan Analisis tentang Status Keberadaan Pulau Berhalka sesuai surat Pengurus Pusat LSM-BI Nomor: LSM-BI/ A/ PP/ 35/VI/06, tertanggal 03 Juni 2006, paling tidak minggu pertama bulan Juli 2006 sudah diterima dan terbaca.

    Adapun data faktual dari hasil survey lapangan ke Pulau Berhala yang dimiliki Tim LSM-BI juga menunjukkan adanya kepentingan individu Oknum Gubernur Jambi dengan pemilikan lahan/tanah tepatnya dibagian Timur Laut Pulau Berhala yang disebut Tanjung Hantu seluas + 88.226 M2, begitu pula Oknum Bupati Tanjabtim dengan pemilikan lahan di bagian Barat Daya Pulau Berhala, tanah seluas + 22.001 M2. Temuan ini merupakan jawaban sekaligus pembuktian dan pembenaran tentang tudingan ambisi pribadi Oknum Gubernur Jambi Drs H. Zulkifli Nurdin untuk menguasai Pulau Berhala, yang ditudingkan oleh masyarakat Jambi sendiri semenjak tahun 2002 lalu ( Vide:Jambi Ekspres, Kamis, 24 Januari 2002, hal.1 ). Hal ini perlu dipertanyakan, dan diperjelas kepada masyarakat Jambi secara transparan oleh kedua oknum tersebut. Jangan karena kepentingan individu untuk memperkaya diri, tetapi selalu mengatas namakan desakan atau kepentingan rakyat Jambi, ini namanya Pemimpin menghianati rakyatnya dan Pelacur Kekuasaan yang harus dibasmi.

    Pada hal warga masyarakat yang ditempatkan di pulau itu yang berasal dari Desa Sungai Itik Kecamatan Sadu, Kab.Tanjabtim atas rekayasa yang dilakukan Pempriv. Jambi yang tidak jelas tanah garapannya, karena memang Pulau Berhala yang luas daratannya hanya kurang lebih dari 55 Hektar sudah lebih duluan dimiliki oleh warga masyarakat Riau-Linga dan Kurang lebih 18 Hektar memang juga dimiliki oleh keluarga besar Raja Rusly Ali (Keturunan Datuk Paduko Berhalo) akan tetapi Gran Tanah/kebunnya diperoleh dari De Controleur Afdeeling Lingga hampir seabad silam ( di Daik, 12 Oktober 1914 ). Adapun pembangunan yang dilakukan oleh pihak Jambi berupa dermaga dan rumah-rumah persinggahan/peristirahatan diutamakan khusus untuk pejabat Gubernur dan para pejabat-pejabat lainnya (Kepala Dinas). Dalam keadaan Pulau Berhala status Quo malah pembangunan pihak Jambi berjalan terus di pulau tersebut sampai sekarang ini termasuk semenisasi jalan kearah lahan/ tanah milik kedua oknum tersebut dilakukan secara diam-diam sejak beberapa tahun terakhir ini.

    Sebagai putra Nipah Panjang, pemilikan lahan/tanah tersebut diatas perlu kami pertanyakan, apakah menggunakan uang rakyat atau uang pribadi untuk membeli lahan/tanah dan melakukan pembangunan di Pulau Berhala. Kalau uang rakyat/APBD, apa dasarnya dan mengapa pembangunan diarahkan/ diintensifkan ke Pulau Berhala yang tidak jelas dasar hukumnya bagi Provinsi Jambi sementatra pembangunan Infrastruktur dan perbaikan jalan raya yang sudah puluhan tahun rusak parah dan fasum lainnya di Ibu Kota Kecamatan Nipah Panjang diabaikan? Kalaupun uang pribadi, mengapa harus menjual nama rakyat, ini cara-cara premanisisai yang menghalalkan semua cara.

    Masalah Pulau Berhala juga merupakan kompleksitas wilayah perbatasan laut antara Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Jambi) dengan Kabupaten Lingga (Prov.Kepri). Namun, penanganan batas pemisah di laut tidak bisa disamakan dengan penentuan suatu batas pemisah di darat, Selain wilayah laut tidak bisa dikapling-kapling layaknya memberikan tanda patok sebagai batas pemisah (di daratan), juga ada ketentuan Internasional yang menyangkut kemaritiman harus dipatuhi. Sehingga batas pemisah di wilayah laut dapat ditentukan dengan titik kordinat yang jelas sebagai Markah Laut (Imagination Line). Selat Berhala yang sudah menjadi bagian dan kebutuhan dunia pelayaran Nasional dan Internasional yang berjalan sejak berabad-abad lamanya, harus mengikuti ketentuan-ketentuan hukum serta kebiasaan Internasional bahwa hilangnya atau munculnya suatu bagian terdalam perairan yang dipakai untuk pelayaran, dll. dan disebabkan oleh faktor alamiah, maka berlaku "Prinsip Prescription dalam hukum". dengan demikian patut dipertimbangkan sebagai solusi penyelesaian masalah Pulau Berhala yang merupakan kompleksitas wilayah perbatasan laut.

    Dan mengingat UU No. 31 Tahun 2003, Pasal 5 ayat (1) huruf (c) menjelaskan bahwa "Kabupaten Lingga mempunyai batas wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Laut Bangka dan Selat Berhala". Maka, solusi terbaik adalah menjadikan "Selat Berhala" dan ditetapkan sebagai markah laut "Imagination Line" atau wilayah perbatasan laut dengan titik kordinat yang jelas dan disahkan secara definitif melalui suatu ketentuan baru sebagai milik pengawasan bersama bagi Provinsi Kepulauan Riau (Kabupaten Lingga) dengan Provinsi Jambi (Kabupaten Tanjabtim).

    Disahkannya Undang-undang No. 31 Tahun 2003 dan diundangkannya sejak tanggal 18 Desember 2003, sehingga setiap orang dapat diduga mengetahui dan dimengerti olehnya berlakunya azas "Lex specalis derogat generalis" sebagaimana diatur dalam Bab VII pada pasal 19 yang berbunyi: "Pada saat berlakunya Undang-undang ini, semua peraturan perundang-undangan yang tidak sesuai dengan Undang-undang ini dinyatakan tidak berlaku".

    Terkait dengan autentikasi data tersebut diatas, pihak LSM-BI meminta kepada pemerintah pusat (Depdagri dan Komisi II DPR RI) dalam rangka memberikan keputusan akhir sebagai legimitasi kepastian Status Hukum Pulau Berhala, agar penanganannya dilakukan secara professional dan proporsional berdasarkan fakta sejarah yang benar dari berbagai aspek sesuai ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang melandasi keberadaan pulau tersebut. Oleh karena itu untuk mencapai penyelesaian yang adil dan tegas, pihak LSM-BI menilai rasanya tidak ada penyelesaian secara adil dan tegas tanpa menghadirkan kedua belah pihak provinsi terkait dan pihak-pihak yang memiliki data autentik guna memberikan kesaksian atas kebenaran landasan argumentasi dari fakta sejarah selama ini.
    

    Bisakah Sukses Tanpa Serakah?

    Tidak ada yang salah atau tak bermoral jika menginginkan untuk meraih kesuksesan. Itu menjadi tak bermoral hanya ketika keinginan itu diwarnai dengan keserakahan. Kesuksesan sejati adalah produk alami yang mana terdapat akan ketekunan, komunikasi, rekanan, dan subyek-subyek lain. Kuncinya adalah menjaga usaha-usaha Anda untuk sukses dalam perspektif yang tepat. Waspadalah akan tanda-tanda adanya keserakahan; carilah konsultasi dengan yang lain yang peduli kepada Anda dan keluarga Anda. Dengan melakukannya akan menjaga Anda dari keserakahan yang dapat bertumbuh di hati Anda dan dalam hidup Anda.

    Untuk Meraih Kesuksesan Tanpa Menjadi Serakah

    Beberapa petunjuk untuk merangkul sukses dan kesehatan.
    Fokuslah pada pencapaian bukannya uang. Apa yang Anda ingin capai dengan hidup Anda, keluarga Anda, karir Anda, atau pekerjaan tertentu atau proyek tertentu? Ketika Anda mengetahui apa yang Anda ingin capai, maka itu menjadi permasalahan sederhana untuk mengaplikasikan apa yang telah Anda pelajari mengenai ketekunan dan strategi.
    “Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja.” Jika Anda mengaplikasikan ketekunan sejati dalam jerih payah Anda di setiap proyek, Anda akan mengalami sukses secara signifikan dalam kebanyakan waktu – sepanjang arah tujuan Anda untuk pencapaian tidak menyebabkan Anda berpaling dari nilai-nilai atau prioritas-prioritas Anda yang terpenting.
      
    Gunakan jerih payah Anda untuk mencapai kesuksesan finansial, daripada mengejar kekayaan     dalam mengejar yang lain.
    Dalam segala jerih payah ada keuntungan. Jadi kita harus membawa ketekunan dan kesempurnaan dalam jerih payah kita. Jerih payah bidang kerja saya adalah pemasaran. Jerih payah bidang kerja saya adalah investasi. Saya telah membuat banyak uang melalui pekerjaan saya dan kehilangan banyak uang dengan mencoba untuk membuat uang di bidang diluar dari bidang keahlian saya. Jika Anda membawa ketekunan dan kesempurnaan dalam jerih payah Anda, Anda akan membuat uang. Jika Anda mengaplikasikan untuk membelanjakan (membatasi hutang Anda untuk mengapresiasi aset-aset), maka tabungan-tabungan Anda akan bertumbuh. Jika Anda mengaplikasikan dalam berinvestasi (menyimak banyak konsultan dan mencoba untuk tidak cepat kaya, maka investasi Anda akan bertumbuh dalam tingkat yang signifikan.

    Jangan mencoba untuk cepat kaya (tidak berpusat agar menjadi kaya)

    Dengan melakukannya justru adalah cara tercepat untuk bangkrut. “Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap lalu terbang ke angkasa seperti rajawali.” Masa-masa dimana saya berinvestasi dalam banyak proyek dengan keinginan untuk menjadi kaya, saya kehilangan investasi saya. Dalam hal lain, ketika saya menjaga fokus saya untuk mencapai tujuan-tujuan melalui jerih payah saya, saya memiliki banyak kesuksesan yang tidak pernah saya bayangkan. Setiap orang menginginkan untuk memenangkan lotere. Setiap orang menginginkan untuk cepat kaya dengan sedikit usaha jika memungkinkan. Tetapi satu orang di luar dari 50 ribu orang yang memenangkan tiket lotere, ada 49.999.999 yang membuang tiket mereka (dan uang) ke tempat sampah. Hal yang sama juga terjadi pada skema cepat kaya. Bagi setiap pemenang, ada juta pecundang. Dalam hal lain, 100 diluar dari 100 orang yang mengaplikasikan ketekunan dan kesempurnaan dalam jerih payah mereka akan menjadi sukses. Meskipun itu melibatkan banyak usaha lebih, saya lebih menyukai rintangan-rintangan itu.
     Meraih sukses dan kemakmuran dalam jalan yang benar, dimana tidak akan diikuti dengan      .

    Sebagaimana Anda bekerja untuk meraih sukses dan kemakmuran, bagaimana Anda bisa tahu jika keserakahan mengarahkan Anda? Jika pengejaran Anda akan kesuksesan telah menyebabkan Anda kehilangan pasangan Anda, anak Anda, nilai-nilai Anda, etika Anda, atau integritas Anda, maka keserakahan mungkin telah mengarahkan Anda. Dalam hal lain, jika Anda mencapai sukses tanpa membuang nilai-nilai Anda atau mengabaikan keluarga Anda, dan Anda bisa lari dari penderitaan yang kerap mengiringi sukses dan kemakmuran pada budaya sekarang.
      
    Bagaimana untuk mengalahkan keserakahan.
    Bagaimana kita bisa menghapuskan keserakahan sekali kita terpengaruh oleh itu?

     Bangunlah sebuah hubungan berdasarkan percaya kepada Tuhan.

    “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.” Fokus-nya adalah pada Tuhan dan sebuah hubungan yang berdasarkan percaya kepadaNya. Jika kita menyatakan Tuhan dalam segala hal yang kita lakukan – sebelum kita melakukannya dan selama kita melakukannya – maka ia menjanjikan bahwa Tuhan sendiri akan menunjukkan jalan kita. Tuhan tidak akan pernah mengarahkan jalan orang yang serakah, karena keserakahan adalah sebuah atribut yang bertolak-belakang untuk mencintai Tuhan.

    Atur fokus Anda untuk memberi kepada yang membutuhkan.

    “Keinginan bernafsu sepanjang hari, tetapi orang benar memberi tanpa batas.” Kedermawanan keduanya adalah vaksin dan penangkal untuk keserakahan. Cara tercepat untuk mengeliminasi keserakahan dari hidup Anda adalah untuk memusatkan usaha untuk memberi kepada yang lain. Anda tidak harus menunggu hingga Anda kaya untuk berderma. Anda bisa berderma dengan waktu Anda, kebaikan Anda, kata-kata penghiburan Anda, jerih payah Anda, dan apapun uang atau keinginan materi yang Anda miliki. Rick Warren, penulis dari The Purpose Driven Life, ketika ditanyakan apa yang ia lakukan dengan jutaan dolar royalty yang ia terima dari penjualan bukunya, mengatakan hal pertama yang ia lakukan adalah membayar kembali gaji dua puluh tahun yang gerejanya telah bayarkan kepadanya. Ia dan istrinya menyimpan 10 persen untuk diri mereka sendiri dan memberikan 90 persen dari royalty untuk amal yang mereka dirikan untuk diberikan kepada orang lain yang membutuhkan di seluruh dunia. Tetapi kedermawanannya telah terjadi lama sebelum bukunya yang sukses besar itu. Pernyataan selanjutnya, Ia mengatakan bahwa ketika pertama kalinya ia menjadi pastor bagi gerejanya, ia dan istrinya setuju bahwa mereka bisa memberikan 10 persen dari pendapatan mereka untuk orang lain yang membutuhkan, dan bahwa setiap tahunnya mereka dapat menaikkan poin persen pemberian amal mereka. Setelah sepuluh tahun, mereka memberikan 20 persen dari pemasukan mereka untuk amal, dan setelah dua puluh tahun mereka memberikan 30 persen. Dan itu adalah dari gaji sebagai pastor gereja, lama sebelum bukunya diluncurkan.

    Berhenti mengejar kekayaan.
    Jika pikiran-pikiran dan emosi-emosi Anda berpusat untuk menjadi kaya, maka Anda akan menjadi terpengaruh oleh keserakahan. Melainkan, biarkan pikiran-pikiran Anda berpusat pada pencapaian dan mempertemukan antara berderma dengan kebutuhan orang-orang yang membutuhkan.

    Jangan Terbodohi Oleh Bakat Akan Keserakahan

    Seorang teman saya pernah menceritakan mengenai kisah tragis dari masa kecilnya. Ibunya membawanya ke sirkus berjalan yang datang ke kotanya. Ia mengingat bagaimana pawing ular masuk ke dalam kandang berisikan ular piton sangat besar. Sebagaimana ia telah sering melakukannya sebelumnya, sang pawang berdiri tanpa gerak sebagaimana sang piton mulai mengelilingi tubuhnya. Lalu, ketakutan semua orang, ular tersebut mulai melilit. Ekspresi wajah sang pawing seolah mengatakan kepada kerumunan penonton bahwa sesuatu yang salah sedang terjadi. Ia tidak bisa berteriak, karena udara terhisap keluar dari paru-parunya. Lalu kerumunan penonton itu mendengar tulang-tulangnya mulai berbunyi retak. Ketika pawang yang lain masuk ke dalam kandang, sang pawang tersebut sudah meninggal. Teman saya bertanya kepada saya, “Kamu tahu kesalahan apa yang sang pawang itu telah perbuat?” Ketika saya menggelengkan kepala saya, ia berkata, “Ia mengira bahwa ia telah menjinakkan ular tersebut. Tetapi Anda tidak bisa mengubah sifat alami sang ular.”

    Sama halnya dengan keserakahan. Kita mengira bahwa kita bisa mengendalikan sedikit keserakahan dalam hidup kita, tetapi kita tidak bisa. Kita tidak bisa mengeluarkan serakah dari keserakahan. Membiarkannya mengambil sedikit tempat dalam hidup kita, dan itu akan mencuri seluruhnya dari hidup Anda – baik secara harafiah maupun hurufiah.